IDE
Apa
ide dan gagasan Anda untuk produk keuangan syariah Indonesia? Untuk membiayai
liburan? Mendanai startup? Tuliskan di sini, siapa tahu jadi kenyataan dan Anda
akan dicatat sebagai penggagasnya.
Gagasan saya
untuk produk keuangan syariah, saya coba menawarkan untuk pembiayaan bank
syariah, untuk liburan, yaitu liburan mengunjungi wisata syariah. Nah yang saya
tawarkan produk pembiayaan liburan wisata syariah yang diperuntuhkan bagi
penggiat ekonomi syariah. Bisa buat mahasiswa, dosen, praktisi, dan
professional dalam bidang ekonomi syariah. Produk ini saya kira sangat
menguntungkan bank syariah, karena dengan pembiayaan ini ada pihak yang akan
membantu mensosialisasikan bank syariah ke masyarakat. Kedepannya produk
pembiayaan liburan ke wisata syariah ini bisa diperuntuhkan bagi masyarakat
umum. Jadi yang di untungkan ada dua yaitu bank syariah dan promosi wisata
syariah di Indonesia. Sebelum masyarakat luas menikmati produk pembiyaaan
wisata itu, penggiat ekonomi syariah sudah lebih dulu mencoba sehingga bisa
menyampaikannya ke masyarakat luas.
Produk selanjutnya
yang ditawarkan pembiayaan untuk para starup ? dalam hal ini yaitu pembiayaan
pada produk starup yang melakukan penjualan dengan sistem online. Bisa difokuskan
pada para starup yang punya penjualan online diberi pembiayaan agar bisa mengelolah
usahanya. Pembiayaan yang diperuntuhkan bagi starup yang memili toko online,
bisa diarahkan barang-barang yang dijual harus yang baik dan tidak merusak
moral. Selanjutnya para starup hanya diperbolehkan dengan menggunakan rekening bank
syariah. Bisa diutamakan pembiayaan ini diperuntuhkan mereka yang menawarkan
produk-produk yang tidak melanggar syariah. Seperti toko buku online, toko baju
muslim online, dan toko lainnya. Ditujukan agar bisa merespon permintaan
masyarakat terhadap kebutuhan produk-produk yang sesuai dengan syariah.
CERITA
Ceritakan pengalaman
Anda memakai produk keuangan syariah, kesan baik maupun buruk. Makin unik dan
berkesan makin besar peluang menangnya. Jika belum pernah Anda tetap dapat
menulisnya sebagai seandainya. Atau, dapat memilih tema tulisan yang lain.
Pengalaman
saya mengenal dan menggunakan produk keuangan syariah, bisa dibilang secara
tidak sengaja. Saya orang yang tinggal di desa di daerah Sulawesi selatan yang
tidak pernah mendengar yang namanya bank syariah. Jangankan bank syariah waktu
itu bank konvensional masih sangat jarang, untuk mengakses perbankan harus
menempuh jarak jauh. Tapi Saya orang yang sangat gemar menabung sejak kecil,
dengan cara lama, mengumpulkan uang di kaleng biskut. Waktu saya sekolah di asrama,
setiap bulannya saya dapat subsidi dari orang tua untuk pembayaran uang SPP
sekolah. Saya ingat sekali waktu itu SPP saya dua ratus ribu rupiah, sedangkan
subsidi dari orang tua saya lima ratus ribu rupiah. Saya menggunakan subsidi
itu untuk bayar SPP 200ribu, 100ribu, dan 200 ribu lagi di ditabung. Tepat
waktu kelas 3 SMA saya berinisiatif untuk membuka rekening di bank, pastinya di
bank konvensional saya sebut saja nama banknya yaitu di bank mandiri. Saat itu
belum pernah mendengarkan yang namanya bank syariah. Untuk menempuh bank
mandiri saja saya harus naik angkot dari sekolah kemudian turun terminal,
setelah dari terminal harus melanjutkan
berjalan kaki kurang lebih dua samapai tiga kilometer dari terminal ke
bank mandiri. Untuk membuka rekening pertama kali saya pakainya kartu pelajar,
karena belum punya KTP. Rekening pertama saya menabung dengan nominal 2 juta,
saya sudah mendapatkan fasilitas kartu ATM yang ada foto dan namanya, betapa
senang saya waktu itu, walaupun kartu ATMnya tidak bisa langsung jadi tapi
harus menunggu sampai waktu yang tidak ditentukan. Kurang lebih dua minggu
kemudian saya dihubungi pihak bank mandiri untuk mengambil kartu ATMnya yang
sudah jadi. Senang sekali rasanya bisa memegang kartu ATM itu, karena saya
tercatat sebagai siswa pertama yang punya kartu ATM di sekolah saya waktu itu.
Saking senangnya setelah saya dapat kartu ATM itu saya langsung mau mencoba
kartu di mesin ATM, lucunya uangnya
ternyata tidak bisa keluar. Pak satpam tanya kepada saya, anda mau mengambil
uang berapa ? saya jawab saja 20 ribu, secara spontan pak satpam bilang, oh
tidak bisa karena di ATM ini pecahan 50ribu, “ kata pak satpam. Saya tidak tahu
kalau ada ketentuan tersebut. Hingga akhirnya saya lulus SMA, tabungan saya
sudah mencapai 20 juta.
Lulus sekolah
orientasi adalah melanjutkan kuliah, pengen saya bisa melanjutkan kuliah di UGM
pada jurusan manajemen. Berbagai jalur saya tempuh untuk bisa diterima di UGM,
mulai dari jalur beasiswa Departemen agama. Kedua, kemudian jalur ujian bersama, dan
terkahir melalu Ujian SPMB, ternyata belum rejekinya untuk kuliah di UGM.
Setelah pengumuman SPMB saya tidak lulus di UGM, saya diminta oleh orang tua
untuk tetap kuliah di Yogyakarta. Sampai di Jogja saya dalam keadaan yang
benar-benar blank, tidak tahu harus kuliah dimana. Ada paman yang merekomendasikan
untuk kuliah di UII Jogja. Saya mencoba untuk mendaftarkan diri di UII, dengan
mengambil jurusan ekonomi manajemen. Lagi-lagi waktu itu saya tidak lulus, dan
saya menanyakan kepada pegawai waktu itu, katanya ketidaklulusannya bisa saja
karena jurusan itu kuotanya sudah penuh,
kemudian orang itu menawarkan untuk jurusan ekonomi ada ekonomi Islam. Malam
harinya saya coba konsultasi dan menanyakan ke orang tua dan kakak saya tentang
jurusan Ekonomi Islam. Mereka sepakat agar saya kuliah di jurusan itu saja saat
ini, karena tahun depan bisa daftar lagi dan mecoba tes lagi. Saya terima
masukan dan saran tersebut keesokan harinya saya datang lagi ke UII untuk tes
dan memilih Jurusan Ekonomi islam. Alhamdulillah saya lulus dan diterima, maka
resmilah saya menjadi mahasiswa ekonomi islam di UII. Saya benar-benar belum
ada pandangan dengan jurusan ini, tapi saya mencoba untuk menjalaninya. Saya
mengikuti kuliah perdana dan kemudian ospek dan rangakain kegiatan mahasiswa baru
lainnya. Ada yang menarik waktu malam inagurasi mahasiswa baru, saya beserta
dua teman saya diminta untuk mewakili jurusan pada lomba cerdas cermat, jelas
saya begitu bingung kenapa saya, padahal saya tidak begitu tahu banyak hal
tentang jurusan ini. Karena dipaksa saya
jalani saja saya kan bisa mengandalkan kedua teman saya. Ternyata lain lagi
kedua teman saya malah meminta saya sebagai juru bicara, makin bingung saya
dibuatnya. Apa yang saya takutkan benar terjadi sempat ditanyakan kepada saya
apa perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional, benar-benar saya
tidak tahu, belum pernah sedikitpun saya membaca buku tentang hal ini, saya
bingung tapi alhmdulillah saya diselamatkan oleh teman saya, dia menjawab jika
yang membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional, kalau bank
syariah itu menggunakan bagi hasil dan kalau bank konvensional itu menggunakan
bunga. Wah saya tertegun mendengar jawabannya kok dia sudah tahu tentang hal
itu. Keesokan harinya saya tanya ke teman saya, kok kamu tahu tentang bank
syariah apakah sudah pernah belajar atau pernah baca buku ? tanya saya. Iya,
sudah pernah dengar dan sempat belajar tentang bank syariah walaupun hanya
sepintas, jawabnya. Disamping itu katanya dia pernah baca di internet tentang
hal itu. Wah saya jadi takjub karena dia sudah ada gambaran tentang jurusan
ini, dia tahu banyak hal. Berbeda dengan saya yang belum pernah dengar dan tahu
tentang bank syariah. Parahnya lagi
waktu itu saya belum bisa menggunakan internet, derita orang yang dari desa
nih.
Hari semakin
hari, kuliahpun saya mencoba menikmati bersama teman-teman yang berasal dari
beberapa kota yang ada di Indonesia. Senang rasanya satu semester terlewati tapi
dalam keadaan rekening saya masih pakai bank konvensional. Masuk semester dua
sudah mulai masuk mata kuliah yang berbau ekonomi islam tentang keuangan islam,
dari situ banyak mengetahui betapa hebatnya ekonomi islam itu, sayapun
mengimbangi dengan banyak buku tentang ekonomi islam. Mulailah mengenal bank
syariah, bahwa bank syariah kuat terhadap krisis, berdasarkan sektor riil,
kemudian juga bebas riba, dan bisa menumbuhkembangkan wirausaha sehingga
berpeluang untuk bisa menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak. Saya ingat
kata dosen saya bahwa sekecil apapun kontribusi kita di bank syariah akan
bermanfaat bagi orang lain. Misalnya menabung satu juta, kemudian uang itu
digunakan mendanai usahanya orang lain kemudian usaha tersebut berkembang, dan
makin besar sehingga dia membuka lapangan kerja, artinya kita sudah
berkontribusi walaupun hanya kecil. Kemudian yang saya ingat jika menabung di
bank syariah uang kita tidak akan digunakan untuk membiayai usaha-usaha yang
dilarang oleh agama islam. Berbeda dengan bank konvensional bebas membiayai
usaha apapun itu, halal maupun haram. Semenjak itu saya berfikir bisa saja
tabungan saya yang dua puluh juta itu digunakan untuk membiayan usaha yang
haram. Saya makin tidak tenang, tidak ingin dong saya membiayai usaha yang
haram, artinya saya berkontribusi dalam merusak moral jika uang saya digunakan
membiayai usaha yang dilarang agama. Saya memantapkan diri untuk membuka
rekening di bank syariah, tepatnya di Bank Mandiri Syariah tepat pada februari
2008, di hari ulang tahun saya.
Kenapa, saya
memilih Bank syariah mandiri waktu itu saya berfikirnya uang saya yang di
mandiri konvensional bisa langsung dipindahkan ternyata tidak bisa, harus
dipindahkan melalui transfer ataupun manual. Karena waktu itu saya belum
mengenal dan tahu cara transfer akhirnya saya memindahkan tabungan saya dengan
cara manual. Penarikan maksimal lima juta sehari melalui mesin ATM, jadi saya
harus memindahkan selama empat kali. Waktu itu saya belum punya kendaraan, jadi
saya harus jalan dari kost ke mesin ATM, kemudian harus melanjutkannya dengan
naik angkot menuju kantor Bank Mandiri Syariah terdekat. Ini saya lakukan
selama empat kali, untuk memindahkan uang saya yang dari bank konvensional ke
bank syariah. Alhamdulillah saya lebih tenang karena benar-benar sudah tidak
menggunakan bank konevensional.
Kemudian yang
dipelajari tentang bank syariah, ternyata tidak hanya ada produk tabungan, tapi
ada produk deposito yang bagi hasilnya lebih besar jika dibandingkan dengan
tabungan biasa, sayapun merasa tertarik tentang produk deposito di bank
syariah. Jika ada bank yang bisa memberikan hasil lebih, dan itu halal maka
saya akan memilih produk itu. Niatnya saya pengen menjadikan tabungan saya
setengahnya untuk deposito, tapi tidak jadi. Karena waktu itu saya dapat
kiriman dari orang tua untuk membeli kendaraan, tapi saya merasa belum butuh
dengan motor itu akhirnya dana buat beli motor saya masukkan untuk produk
deposito syariah. Akhirnya saya membuka produk deposito syariah di Bank Mandiri
Syariah, sekarang saya memiliki deposito syariah untuk pertama kalinya, berarti
kontribusi saya untuk pengembangan sektor riil agak besar. Waktu terus berjalan
saya pun makin menikmati belajar ekonomi islam, belajar keuangan islam, tidak
hanya di ruang kuliah, saya mulai senang membaca koran yang mengulas tentang
keuangan syariah. Sampai akhirnya saya berlangganan majalah sharing waktu itu
untuk menambah khazanah keilmuan saya dibidang ekonomi islam. Saya makin banyak
mengenal keuangan syariah, produk-produknya serta keunggulan dan keutamaannya.
Tidak terasa
sudah setahun saya belajar di jurusan ekonomi islam UII, membuat saya tidak
hanya sekedar belajar tapi mulai mempraktikkan apa yang telah saya pelajari.
Niatan saya yang awalnya ingin memcoba tes lagi untuk masuk UGM, tidak begitu
lagi bernafsu seperti sedia kala. Saya kembali menanyakan kepada orang tua untuk
tidak pindah, alhamdulillah keduanya mendukung untuk pilihan saya. Kedepannya
saya memantapkan diri pada jurusan ini. Bisa dibilang saya sudah jatuh cinta
pada bank syariah, Saya pengennya setiap transaksi saya tidak menggunakan
keuangan konvensional. Saat itu jika saya membayar spp kuliah saya harus
bayarnya di bank syariah walaupun harus antri panjang. Kampus UII memfasilitasi
untuk pembayaran spp melalui Bank Muamalat. Jika awalnya saya seringnya bayar
spp di bank mandiri konvensional, kini saya membayar spp melalui Bank Muamalat.
Saya merasa orang yang belajar ekonomi islam harus punya peran dalam
mengembangkan bank syariah.
Ternyata Bank
Muamalat punya produk tabungan yang bebas biaya apapun, saya sangat tertarik
dan memilih untuk membuka rekening di bank Muamalat. Setiap bulan saya menyisihkan
uang, untuk dimasukkan ke bank muamalat. Senang rasanya karna bisa memilih Bank
Muamalat, yaitu pelopor bank syariah pertama di negeri ini. Memilih bank
Muamalat menjadi wujud rasa senang dan terima kasih karena memilih bank pelopor
keuangan islam. Saya ingat produk yang saya beli waktu itu produk instan dengan
harga 125 ribu, 100 ribu akan dimasukkan ke rekening dan yang 25 ribu untuk
biaya pembelian, serta sudah mendapatkan kartu ATM. Karena bebas biaya apapun
saya senang dan membuka rekening di Bank Muamalat.
Waktu terus berjalan,
belajar ekonomi islam makin menyenangkan, belajar banyak tentang bank syariah
dan keuangan islam lainnya. Jika selama ini saya memilih Bank Mandiri Syariah
dan Bank Muamalat bank umum syariah. Ada rasa pengen mencoba punya rekening di
unit usaha syariah, pilihan saya jatuh pada bank BNI Syariah yang waktu itu
masih berstatus Unit Usaha Syariah (UUS). Katanya kalau unit usaha syariah lebih
fleksibel karena katanya bisa menarik dan setor di bank konvensionalnya, tapi
pengelolaan dananya dikelolahnya secara terpisah dengan bank induknya. Unik dan
menarik menurut saya, akhirnya saya memilih buka tabungan di BNI Syariah.
Katanya BNI Syariah punya produk kartu kredit syariah, pernah iseng dan ingin
mecoba buka, tapi katanya harus ada persetujuan atau tanda tangan orang tua. Tapi
karena orang tua saya jauh jadi harus dibatalkan memiliki kartu kredit syariah.
Pada tahun
2010, waktunya saya untuk memenuhi mata kuliah permagangan, mak saya harus
mencari lembaga keuangan syariah yang ada di Jogja sebagai tempat magang.
Mencoba masuk ke kantornya Bank Mega Syariah, menanyakan dan memasukkan surat
izin buat magang. Tapi ada yang aneh menurut saya kok kantor bank mega syariah
tidak terpisah dengan bank mega konvensional yang di Yogyakarta. Padahal, Bank
Mega Syariah sudah berstatus Bank Umum Syariah. Tidak pantas menurut saya, jika
harus digabungkan kantornya. Apalagi karena spase Bank Mega Syariah kecil jika dibanding
yang konvensional. Kata pegawainya saat ini, bank Mega Syariah tidak menerima
untuk magang mahasiswa. Akhirnya saya pulang. Ternyata ada kesan menarik ketika
saya ada di kantor bank mega syariah, membuat saya ada keinginan untuk membuka
rekening di Bank Mega Syariah. Dua minggu kedepan saya datang dan membuka
rekening tabungan di Bank Mega Syariah dengan akad wadiah. Nah ini yang
membedakan antara bank BNI Syariah, Bank Mandiri Syariah, dan Bank Muamalat
tabungannya menggunakan akad Mudharabah, sedangkan di Bank Mega Syariah
menggunakan akad Wadiah. Meskipun saya tidak jadi magang di Bank Mega Syariah,
tapi saya tetap mantap untuk membuka rekening tabungan.
Tahun 2011,
sudah waktunya saya melakukan penelitian skripsi, saya harus menentukan di
lembaga mana yang akan menjadi tempat penelitian saya. Pilihan saya pada Bank
BPD DIY Syariah. Selama penelitian saya lihat produk gadai di Bank BPD DIY
Syariah cukup laris manis banyak peminatnya. Tapi ketertarikan saya bukan
produk gadainya, tetapi pada produk deposito syariahnya, nisbah bagi hasilnya
cukup besar jika di bandingkan dengan nisbah bagi hasil di bank syariah lainnya
di Yogyakarta. Jika bank syariah lainnya mampu menawarkan nisbah bagi hasil di
kisaran 55 : 40, nasabah 55 persen dan kemudian bank 45 persen. Tetapi bank BPD
DIY Syariah bisa menawarkan nisbah yang sangat besar, yaitu 80:20, 80 persen
untuk nasabah dan 20 persen untuk banknya, wah ini menjadi hal yang menarik
buat saya. Setelah saya melakukan penelitian skripsi, saya memilih memindahkan
deposito yang di Bank Mandiri Syariah ke Bank BPD DIY Syariah. Sekarang
rekening yang saya miliki di bank syariah sudah empat bank. Lagi-lagi prinsip
saya meskipun sedikit isinya yang penting berkontribusi terhadap perkembangan
bank syariah. Semoga kedepannya saya bisa mengajak orang tua saya dan saudara-saudara
saya hijrah menggunakan bank syariah.
Pada bulan
juni 2011, akhirnya saya diwisuda pada jurusan ekonomi islam UII. Selesai
kuliah saya memilih melanjutkan studi magister pada jurusan yang sama dan di
universitas yang sama. Terus dan terus menikmati kuliah dan belajar ekonomi
islam. Makin banyak memahami betapa besarnya dan pentingnya peran dari keuangan
islam dalam suatu Negara. Alhamdulllah tahun 2013 saya menyelesaikan studi S2
saya. Semakin juga aku cinta keuangan syariah.
Setelah lulus
S2, saya tertarik melirik bank BRI Syariah, yang punya fasilitas yang sama
dengan Bank Muamalat dulu yang serba gratis, walaupun akhirnya Bank Muamalat
saat ini sudah berbayar dengan biaya administrasi yang terhitung mahal. Bank
BRi Syariah memberikan fasilitas yang serba gratis, saya tertarik untuk membuka
rekening bank BRI Syariah, nah ada yang beda dengan yang lainnya Bank BRI
Syariah punya fasilitas SMS Banking, ini yang tidak saya dapatkan di Bank
Syariah lain. Dengan fasilitas SMS Banking Bank BRI Syariah, banyak kemudahan
yang saya dapatkan bisa transfer by sms, beli pulsa by sms, beli token listrik
by sms, dan kemudahan lainnya. Pas saya buka rekening di Bank BRI Syariah,
ternyata juga ada pembukaan pembelian sukuk ritel dari pemerintah. Saya mencoba
minta ke orang tua untuk investasi ke sukuk, dan Alhamdulillah orang tua
memberikan, akhirnya saya bisa membeli produk sukuk di Bank BRI Syariah. Yang
belum kesampaian saat ini, yaitu ingin menggunakan produk reksadana syariah,
dan produk unitlink pada asuransi syariah. Karena Aku cinta Keuangan Syariah.
Banyak juga
hal yang kurang berkesan, kurang baik selama menggunakan produk bank syariah. Mulai
dari masalah yang sederhana, seperti misalnya waktu antri sudah giliran saya
malah, dilewatkan, saya kira ini sederhana tapi tidak mengenakkan. Kemudian ketika
saya di Semarang waktu itu saya mau buka deposito di Bank Mandiri Syariah, tapi
syaratnya ribet karena harus menyerahkan Surat Kuasa (SK) dari tempat bekerja,
alasannya karena ktp saya bukan KTP Semarang. Ini buat saya terlalu kaku,
bagaimana orang bisa menggunakan produk bank syariah jika selalu dipersulit,
padahal kejadian yang seperti ini tidak pernah terjadi saat saya menjadi
nasabah deposito syariah di Bank Mandiri Syariah di Yogyakarta. Pernah juga waktu
saya menyetor uang di Bank Muamalat sejumlah satu juta rupiah, tellernya bilang
kalau uangnya kurang seratus ribu, saya kaget saya ingat sekali jika uang itu
saya cukup, tapi Alhamdulillah akhirnya tellernya mau menerima dan menyatakan
benar. Kejadian seperti ini sering terjadi di bank syariah. Hal seperti ini
seharusnya tidak terjadi di bank syariah karena dapat membuat nasabah tidak
nyaman dan bisa menimbulkan kecurigaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut saya
selalu memperhatikan teller menghitung uangnya saat menyetor.
Ada hal juga
yang kurang enak menurut saya, ketika saya membeli produk sukuk di bank BRI Syariah,
saya menanyakan akad apa yang digunakan dalam produk sukuk ini, tapi tellernya
tidak mengetahui sehingga dia terlihat kebingungan untuk mencari tahu tentang
akad tersebut. Harusnya setiap bank syariah menyediakan sumber daya manusia
yang unggul dan berkompeten, jika perkara akad saja tidak mengetahui bagaiman
bisa mengembangkan perbankan syariah. Masyarakat bisa-bisa tidak yakin dengan
eksistensi bank syariah, karena sumber daya yang tidak memahami bank syariah.
BANDINGKAN
Apa yang berbeda
belum tentu kelihatannya begitu. Tuliskan pemahaman Anda tentang perbedaan
produk keuangan syariah dan konvensional. Pendapat yang orisinal dan unik, itu
yang menarik, karena seringkali mewakili persepsi masyarakat dan Anda tak perlu
menjadi ahli syariah untuk itu.
Banyak hal
yang membedakan antara produk keuangan syariah dengan yang konvensional.
Pastinya keuangan syariah terbebas dari unsur maysir, gharar, dan riba
sedangkan pada keuangan konvensional tidak terhidar dari hal-hal demikian yang
dilarang dalam agama islam.
Perbedaan
selanjutnya yaitu saya yakin setiap tabungan atau deposito di bank syariah saya
yakin uang saya tidak akan digunakan untuk membiayai hal-hal yang haram, yang
dilarang, dan yang bisa merusak moral. Sedangkan di Bank Konvensional semuanya
bebas diberi kredit baik itu usaha merusak atau tidak.
Perbedaan
selanjutnya jika masuk lembaga keuangan syariah selalu disapa dengan salam,
sehingga akan menjadi pahala dan kebaikan buat nasabah. Tetapi hal demikian
tidak akan dijumpai di bank konvensional
Pada produk
asuransi syariah menggunakan konsep ta’awwun (saling tolong-menolong) sehingga
ada kekerabatan antara nasabahnya. Sedangkan pada produk asuransi konvensional
menggunakan sistem transfer risiko.
Setiap produk
di bank syariah yang tertuang dalam tulisan, akad yang ingin disepakati
dibubuhkan kata basmalah, ini menjadi penguat bagi seorang muslim bagi setiap
langkah ada kuasa Allah. Hal ini yang tidak akan ditemukan pada produk bank
konvensional.
Produk pada
keuangan syariah, selalu ada unsur underlaiying
asetnya. Sedangkan pada konvensional terkadang ada produk yang tidak memiliki underliying asset.